Mulai dari Alif
“Mbak, saya diajari, blas belum
tau iqro’ ya”. Bagaimana jika seseorang menyampaikan hal seperti itu?. Dalam hati,
Ya Allah Engkau baik banget menyediakan ladang pahala amal tiada tandingannya
ini.
“Sebenarnya sudah sejak dulu
pengen belajar ngaji mbak, tapi belum ada acara kayak gini. Eh pas banget,
sekarang ada, saya seneng banget mau ikut”, itulah terjemahan bahasa jawa dari pembicaraan
seorang nenek yang dengan semangatnya datang ke masjid malam itu untuk belajar
6 huruf hijaiyah.
Secara otomatis air mata keluar
dan kemudian tertahan, malu kalau dilihat, batin saya. Saya sungguh salut
dengan beliau. Seorang guru SD yang sudah tidak muda lagi dan bisa dibilang
orang yang ‘dihormati’ atau ‘dituakan’ di kampung, punya keberanian untuk
menyampaikan hal yang tidak semua orang mampu. Beliau mengalahkan egonya, tak
perlu malu, hasrat nya untuk bisa mengaji mengalahkan segalanya. Pun dengan
ibu-ibu lainnya yang sungguh, hadirnya mereka membuat saya tak hentinya
mengucap syukur.
Si nenek tadi pun membaca huruf
per huruf hijaiyah dengan sangat baik walau pelan. Wajahnya bahagia. Begitu
kubaca bagian sampul buku iqro’ nya yang ada tulisan nama seseorang, beliau
menyeletuk “itu milik cucu saya mbak” sambil senyum lebar. Iya, Alhamdulillah,
anak zaman sekarang sudah diberi banyak kemudahan untuk bisa belajar mengaji di
lingkungannya, tidak seperti dulu. Malam itu pun, nenek itu berhasil membaca
huruf alif, ba’, ta’, sa’, jim, kha’, 6 huruf yang akan menjadi saksinya kelak
di akherat sebagai langkah awal bacaan qurannya.
Ya, ada program baru di masjid kampung
saya, yaitu belajar iqro’ khusus ibu-ibu. Tak terduga, banyak peminatnya. Beberapa
ada yang dari ‘alumnus’ tadarusan ibu-ibu saat ramadhan kemarin. Sisanya adalah
ibu-ibu yang sama sekali belum terlihat di program tadarusan sebelumnya. Yang penting
memang menghilangkan rasa malu kalau ingin benar-benar belajar. Siapapun itu,
dimanapun itu. Belajarlah selagi sempat, tanpa kenal umur. Itulah pelajaran
yang justru saya peroleh dari mereka.
Saya mohon doa bagi pembaca
sekalian supaya program ini berjalan istiqomah dan dapat menciptakan generasi
ibu yang cinta berinteraksi dengan Al-Quran, dimulai dari huruf alif. Sejujurnya,
kapasitas saya memang belum lah seperti para ustadzah tahsin di luar sana yang
bacaannya benar dan bagus. Tapi saya hanya ingat kata seorang guru saya “setidaknya,
dengan ilmu mu yang sekarang, kamu bisa berkontribusi walau sedikit. Tidak perlu
menunggu tahsin mu bagus, lebih banyak orang yang butuh diajari ngaji daripada jumlah
guru tahsin itu sendiri. Allah Maha Mengetahui niat baik hambaNya”. Pun, beliau
nambahin “definisikan kontribusi mu di masyarakat. Setidaknya kita punya satu
amal jariyah yang setelah kita mati nanti pahalanya akan terus mengalir ke
kita. Coba tawari teman, saudara, atau tetangga apa perlu kita bantu untuk
belajar mengaji? Atau, jika ada ladang amal, segeralah ambil”.
Last but not least, terimakasih
Allah, terimakasih Allah, terimakasih Allah.
Komentar
Posting Komentar